BAHAN DISKUSI 2
Untuk Mahasiswa Pendidikan Fisika
Petunjuk:
- Bacalah ringkasan bahan pembelajaran berikut ini secara komprehensif!
- Kelompok satu menjawab beberapa pertanyaan berikut, kemudian memposting pada kolom komentar
- Setiap mahasiswa menanggapi posting tersebut minimal satu kali dan menanggapi hasil komentar yang lain satu kali.
- Bagi mahasiswa yang memberikan posting lebih dari dua kali, akan diberikan tambahan skor.
- Semua mahasiswa dapat membaca referensi lain untuk menambah wawasan tanpa plagiat, atau mengambil sebagaian atau seluruhnya pendapat orang yang tidak disertai namanya
PERSPEKTIF BELAJAR DAN
STRATEGI
PEMBELAJARAN
Secara umum, perspektif dimaknai
sebagai cara memandang sesuatu. Terdapat tiga perspektif yang sering dikaji
dalam teori belajar, yaitu behavioris,
kognitivis, dan konstruktivis. Definisi belajar berbeda-beda sesuai dengan
masing-masing perspektif. Dalam pandangan behavioris, belajar adalah perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Perspektif ini menggunakan tiga pendekatan yaitu classical conditioning, Connectionism,
dan operant conditioning. Pertama,
menekankan pada reaksi gerak reflek
setelah menerima stimulus dari luar. Kedua, menekankan pada jaringan
asosiasi atau hubungan antara stimulus dan respon. Ketiga menekankan pada
sejauh mana konsekuensi yang ditimbulkan.
Perspektif kognitif memandang belajar merupakan proses mental yang terjadi
dalam individu yang saling terkait
secara dinamis dengan perilaku. Perspektif ini mengatakan bahwa proses belajar
sebagai suatu bentuk pengaktifan memori. Pandangan konstruktivis tentang
belajar bahwa individu secara aktif mengonstruksi pengetahuan melalui bekerja
untuk menyelesaikan persoalan realistik dengan berkolaborasi dengan yang lain.
Perspektif konstruktivis tentang pengetahuan sebagai interpretasi subjektif
terhadap pengalaman.
Strategi pembelajaran adalah
prosedur yang dipilih untuk membantu peserta didik mencapai tujuan atau
menginternalisasi konten. Terdapat dua macam strategi pembelajaran, yaitu strategi
mikro dan makro. Strategi pembelajaran mikro adalah berbagai aktivitas belajar
dan mengajar seperti diskusi kelompok, membaca mandiri, studi kasus, ceramah,
simulasi komputer, worksheet, projek
kelompok kooperatif, dan sebagainya. Sedangkan, strategi pembelajaran makro
mencakup kegiatan belajar dan mengajar mulai dari tahap awal memberi motivasi
kepada peserta didik sampai pada penguasaan topik-topik yang mengantarkan
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. strategi-strategi yang umum
digunakan adalah ceramah, presentasi, demonstrasi, diskusi, latihan dan
praktik, tutorial, belajar kooperatif, permainan, simulasi, dan penemuan.
Pertanyaan
- Terdapat tiga pendekatan dalam perspektif behavioris tentang belajar, walaupun sama-sama berpijak pada pandangan perubahan perilaku sebagai hasil interaksi antara stimulus dengan respon. Apa perbedaan esensial dari ketika pendekatan yang dimaksud?
- Kemukakan pandangan Anda tentang perbedaan penting dari tiga perspektif belajar; behavioris, kognitivis, dan konstruktivis!
- Jelaskan beberapa strategi yang umum digunakan oleh Dosen atau Guru. Kemukakan pula tentang sikap Anda terhadap strategi yang digunakan tersebut!

80 Komentar:
Untuk soal no. 1
Terdapat tiga pendekatan dalam teori behavioris tentang belajar, yaitu classical conditioning, conectionisme dan operant conditioning.
a.classical conditioning, teori ini didukung oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936). Dengan percobaannya pada seekor anjing ia menemukan bahwa ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.(komalasari,2013)
b.Conectinisme, teori ini didukung oleh Edward Lee Thorndike.Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai
hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau percobaanpercobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk
paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut
dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. (Sofie Idayanti, 2014)
c.Operant conditioning, teori ini didukung oleh Burrhus Frederic Skinner (1904-1990). B.F Skinner melakukan percobaan terhadap tikus yang diletakkan di dalam kandang. Kemudian ia meletakkan sebuah bel di dekat pintu. Apabila ditekan, maka secara otomatis pengungkit makanan akan bergerak, dan makanan akan jatuh dari atas kandang.Teori ini mengungkapkan bahwa tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi suaatu tindakan yang disengaja atau operant. ( Yudhawati, 2011 : 44 )
Jadi, dari tiga pandangan tersebut dapat saya simpulkan bahwa perbedaan antara teori classical conditioning, teori conectionisme dan teori operant conditioning adalah untuk teori classical conditioning lebih menekankan bahwa tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut merupakan hasil respon (refleks) yang disebabkan karna adanya rangsangan, sedangkan teori conectionisme menekankan bahwa perilaku sabagai hasil belajar terjadi karan hubungan stimulus dan respon yang didukung oleh kemampuan memilih respon yang tepat, sehingga teori ini mengatakan bahwa mencoba dan salah adalah hal yang biasa dalam belajar. Untuk teori operant conditioning menekankan bahwa perilaku merupakan respon dari stimulus belajar, stimulus tersebut disengaja dan direncanakan sehingga telah diketahui respon apa yang akan terjadi dalam proses belajar tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Untuk soal no. 2
Teori belajar behaviorisme mengukur hasil belajar dari adanya perubahan tingkah laku, yang dipandang adalah sisi jasmaniahnya tetapi tidak memperhatikan sisi rohaniah seperti bakat, minat, kecerdasan dan sebagainya. Sedangkan teori kognitifisme menilai hasil belajar dari prosesnya seperti mengingat, menghafal dan sebagainya dimana kegiatan ini secara dinamis akan mempengaruhi hasil belajar. Teori kontruktifisme mengatakan bahwa proses belajar itu akan menimbulkan sifat mandiri individu untuk membangun sendiri pola pikirnya secara terarah
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Dari jawaban yang dikemukakan diatas, disini saya akan menanggapi jawaban anda yang menyangkut tentang teori belajar behaviorisme, mengapa pada teori belajar behaviorisme itu tidak memperhatikan sisi rohaniah seperti minat, bakat, kecerdasan dan sebagainya ?
Dari apa yang saya daatkan pada buku psikologi pendidikan oleh Wasty soemanto mengenai perbedaan teori behaviorisme, kognitif dan konstruktivisme saya setuju dengan pendapat harsani. dimana Menurut Wasty sumanto dalam bukunya Psikologi pendidikan, aliran behaviorisme memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungannya . pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka dan segenap tingkah laku merupakan hasil belajar.
kemudian untuk kognitif, memandang bahwa tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi , yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan.
Dari pendapat anda mengenai teori operant conditioning yang mengatakan bahwa perilaku merupakan respon dari stimulus belajar dimana stimulus itu telah direncanakan. Nah pertanyaan saya apabila dalam proses belajar mengajar, peserta didik tidak menunjukkan reaksi reaksi terhadap stimuli, maka apa yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behavior?
Kalau menurut anda seperti itu, apakah teori behaviorisme masih diterapkan ?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
operant conditioning merupakn pendekatan bihaviorisme yang didukung oleh skinner.Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan,penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar
untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai
peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.( yudhawati,2011 :44)
Jadi, dari kutipan tersebut dapat saya simpulkan bahwa adanya teori operant conditioning memberikan jalan bagi kita untuk mengatasi masalah belajar seperti yang dikemukakan oleh irmalasari, yaitu dengan menggunakan media atau strategi belajar untuk memperkuat pengaruh stimulus terhadap respon belajar yang berupa perilaku belajar tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
menurut saya konsep belajar behaviorisme tentunya masih diterapkan saat ini dimana sesuai pengertian dari behaviorisme yaitu "memberikan stimulus agar mendapatkan respon" atau dengan kata lain kita memberikan input agar ada output yang dihasilkan. Tentunya di dalam proses pembelajaran para tenaga pendidik akan memberikan input atau stimulus kepada peserta didik dengan harapan akan ada respon atau output yang dihasilkan dari peserta didik itu sendiri.
Berdasarkan pendapat anda kemukakam tadi mengenai 3 teori pendekatan belajar yaitu classical conditioning,conectinisme,dan operation. dilihat dari 3 macam teori tersebut mengapa ketiga teori tersebut menggunakan anjing,kucing dan tikus sebagai sampel dalam percobaannya.kenapa bukan hewan yang lain ..
berdasarkan pendapat anda.yang saya bisa tangkap dari cara bahasa anda mengemukakan jawaban no 2 tentang teori behaviorisme bahwa seseorang telah dianggap belajar apabila telah merubah pola tingkah lakunya dengan alasan seperti yang dijelaskan oleh saudari nur hidayah tentang teori behaviorisme
menanggapi penjelasan dari saudari Harsani tentang perbedaan dari ke-3 teori belajar. saya ingin bertanya, apa kelebihan dan kekurangan dari ke-3 teori tersebut?, teori yang manakah yang paling bagus untuk dilakukan & apa alasannya?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
berdasarkan jawaban saudari Harsani untuk soal nomor 2, saya ingin bertanya mengenai teori konstruktivisme, yaitu bagaimanakah ciri-ciri dan prinsip-prinsip dari teori konstruktivisme tersebut ?
Dari semua teori belajar yang anda kemukakan diatas, teori belajar yang manakah yang cocok digunakan dalam proses belajar mengajar dikelas
Menanggapi pertanyaan dari saudari Nurwahidah,
mengapa pada teori belajar behaviorisme itu tidak memperhatikan sisi rohaniah seperti minat, bakat, kecerdasan dan sebagainya ?
saya setuju dengan pendapat saudari Harsani, dan karena memang pada dasarnya teori behaviorisme lebih menekankan pada tingkah laku manusia behavior sendiri dalam kamus bahasa inggris artinya tingkah laku. Dan kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku. Dan seperti Minat, bakat dan sebagainya itu adalah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
untuk pertanyaan ke-2 apakah teori behaviorisme masih diterapkan?
Ya masih, walaupun teori ini merupakan teori pembelajaran yangsudah lama ditemukan tetapi sampai saat ini masih diterapkan dalam pembelajaran modern.
Harsani ....pandangannya cukup baik, tetapi saya menemukan pernyataan yang sama dengan anda pada beberapa blog dan sumber yang lain tanpa ada sandaran kutipan yang anda buat. Sebaiknya pernyataan yang ditulis di sini adalah hasil tulisan penulis sendiri bukan diambil begitu saja dari orang lain. Jika Anda terpaksa harus mengambil, maka sebaiknya masukan sebagai kutipan. yang paling perlu adalah orisinalitas ide yang Anda kembangkan sendiri.
Saya ingin menanggapi mengenai penerapan teori behavioristik dalam dunia pendidikan. Menurut Nyayu Khodijah dalam bukunya Psikologi Pendidikan hal 72-73 mengatakan bahwa meskipun teori ini sangat populer dikalangan tertentu, akan tetapi teori behavioristik ini banyak dikritik karena memiliki beberapa kelemahan dan sulit diaplikasikan dalam proses belajar manusia. Beberapa kritik yang sering dimunculkan adalah:
1. Teori behavioristik seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar stimulus dan respon. Teori ini juga tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalal hubungan stimulus dan respon.
2. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi dan berpikir pembelajar, walaupun mreka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Tidak dapat dijelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya tehadap suatu pembelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memerhatikan adanya peengaruh emosi dan pikiran yang turut membentuk perilaku seseorang.
3. Teori ini juga ceenderung mengarahkan pembelajar untuk berpikir linear, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini baahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membwa pembelajar menuju atau mencapai terget tertentu, sehingga meenjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Jadi, menurut saya meskipun penerapan teori behavioristik diterapkan dalam pendidikan khususnya dalam proses belajar kemungkinan kecil dapat diterapkan selama tidak dikaitakan dengan teori belajar lain. Karena belajar tidak hanya diarahkan untuk terjadi pembentukan melalui stimulus dan respon tetapi perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar tidak sekedar pembentukan. Misalnya saja pengaruh emosi dan pikiran yang turut membentuk perilaku seseorang, dan juga teori ini tidak menjelaskan penyimpangan-penyimapangan yang terjadi dalam stimulus dan respon.
dari uraian d atas d jelsakan tentang strategi pembelajran merupakan upaya yang dilakukan oleh tenaga pendidik dalam menyampaikan ilmu secara efektif. dari strategi yang d jabarkan d atas strategi manakah yang cocok dengan keadaan peserta didik yang memiliki permslhan dlm penerimaan ilmu misalnya sja faktor internal berupa kesiapan mental siswa dan faktor eksternal berupa lingkungan d sekitar siswa yang kacau?
sy ingin menanggapi jawaban saudari Harsani..Berdasarkan pernyataan saudari diatas.. kebanyakan menjadikan hewan sebagai sampel.. pertanyaan saya, bisa tidak pendekatan itu kita gunakan kepada manusia ?? sedangkan kebanyakan sampelnya itu hewan dan hewan itu tidak sama dengan manusia..
Menanggapi pertanyaan dari saudara Arham.. kita ketahui bersama bahwa dalam pandangan behavioris, belajar adalah perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. sehingga dapat kita simpulkan bahwa menurut teori Behavioris bahwa orang dikatakn belajar ketika ad perubahan tingkah laku.. sehingga, dari sini kita dapat melihat bahwa teori ini memiliki kelemahan dimana ia tidak memperhatikan pengaruh dari luar yang dapat membentuk perilaku seseorang seperti yang telah dipaparkan oleh saudari Aminah.
menaggapi jawaban saudari sabriana yang mengemukakan kelemahan teori behaviorisme .yang saya ingin tanyakan pada anda apa penyebab sehingga terjadi kelemahan tersebut
Dari jawaban saudari Harsani mengenai teori belajar behaviorisme, saya kurang sependapat yang anda nyatakan kalau hasil belajar tidak di pandang dari sisi rohaninya.
Karena menurut uraian materi diatas bahwa "Perspektif ini menggunakan tiga pendekatan yaitu classical conditioning, Connectionism, dan operant conditioning. Pertama, menekankan pada reaksi gerak reflek setelah menerima stimulus dari luar. Kedua, menekankan pada jaringan asosiasi atau hubungan antara stimulus dan respon. Ketiga menekankan pada sejauh mana konsekuensi yang ditimbulkan. "
Nahh dari menekankan hubungan antara stimulus dan respon, DIsini respon tak akan lahir tanpa stimulus, TAPi apakah dalam respon tidak melibatkan sisi rohaniah, menurut saya pribadi respon tak akan ada tanpa akal, dan naluri.
Thanks
Saya ingin menanggapi pertanyaan Arham, kenapa terdapat kelemahan pada teori ini karena menurut saya teori ini hanya melihat belajar itu adalah pemberian stimulus dan menghasilkan respon tanpa melihat faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Nyayu Khodijah dalam bukunya Psikologi Pendidikan hal. 58 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu :
1. Faktor dari dalam diri pembelajar meliputi faktor psikologis dan fisiologis
2. Faktor dari luar meliputi faktor sosial dan non sosial.
Jadi, menurut saya keberhasilan belajar ditentukan oleh berbagai faktor.
menanggapi jawaban saudari st.aminah berdasarkan jawaban saudari anda menyebutkan beberapa faktor.mohon dijelaskan faktor luar dan faktor dalam tersebut
terima kasih pak atas masukannya...teori itu memang sya ambil dari pdf di internet pak dan cara saya mengkutip yang masih salah,,,insyaallah saya perbaiki
aya belum ada jawabannya soal nomor 3,,,
Untuk utami rezki dari beberapa penjelasan tentang tiga perspektif belajar yang telah saya kutip sebelumnya di atas, menurut saya akan lebih baik jika dalam proses belajar mengajar kita gunakan ketiga perspektif tersebut, karena dari pengertian belajar dalam buku psikologi pendidikan oleh ibu Dr. Hj.Nurwanita,Z,.M.Ag yang mengatakan bahwa "belajar merupakan suatu proses perubahan, yakni perubahan tingkah laku" saya berpendapat tingkah laku bisa berubah jika individu memperoleh pengetahuan kemudian terampil menggunakan pengetahuan itu untuk hal yang positif. Dan saya rasa saat ini pendidikan di indonesia telah menggunakan ketiga perspektif tersebut dalam melakukan evaluasi, yaitu evaluasi kognitif dari teori kognitifisme, evaluasi afektif dari teori behaviorisme dan evaluasi psikomotorik dari teori konstruktivisme yang menuntut siswa untuk aktif
Untuk soal nomor 2 saya ingin memperbaiki jawaban saya, karena pada pertanyaan tersebut yg dintanyakan adalah pendapat saya, sedangkan yg sya jawab di atas adalah pendapat yg sya dpt namun sya lupa mengutipnya.
Jadi menurut sya sederhananya dapat kita bedakan bahwa teori behaviorisme mengatakan orang yang belajar itu dapat kita lihat dari perilakunya yang berubah, sedangkan teori kognitivisme mengatakan orang yang belajar itu jika pengetahuannya telah bertambah dan untuk teori konstruktivisme menilai orang belajar dilihat dari sifat kemandiriannya untuk membangun sendiri pemikirannya
Berdasarkan jawaban sanggahan saudari harsani kepada saudari utami rezky saya tertarik untuk menulusuri lebih dalam lagi mengenai jawaban saudari harsani yang mengatakan bahwa tiga persektif belajar tersebut kita gunakan dalam proses mengajar,nah disini maksudnya bagaimna efektif kah jika penggunaan ketiga teori belajar digunakan dalam proses pembeljaran (secara bersamaan)dalam suatu waktu
dari jawaban perbaikan saudari harsani mengatakan yang intinya mengatakan tentang perbedaan beberapa teori tersebut yaitu teori behavorisme dan teori konstruktivisme ,pertanyaan mendasar saya apakah persamaan dari teori belajar tersebut .jelaskan
Good question, Astianinsi. Apakah Anda Moderator...?
Sitti Aminah, saya setuju dengan pandangan Anda. Kritik terhadap behaviorisme begitu banyak ditemukan. Tapi ingat, teori behaviorisme telah banyak melahirkan teori-teori belajar terpasuk kooperative learning terlahir dari rahimnya behaviorisme. Hanya yang menjadi pijakan kita, ambillah yang baik dari teori belajar yang dimaksud dan simpanlah yang kurang baik untuk diterapkan dalam lingkungan kita.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Saya akan menanggapi tanggapan dari saudari nurwahidah yang menanyakan mengapa pada aliran behaviorisme tidak memperhatikan sisi rohania seperti minat, bakat dsb. Disini saya setuju dengan pendapat pemateri yaitu saudari harsani karena aliran behaviorisme menurut ki fudyartanta dalam bukunya psikologi umum dia menyatakan bahwa "ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagaimana yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Behaviorisme tidak mempersoalkan hakikat dari jiwa tetapi hanya mempersoalkan behavior(tingkah laku) yang tampak saja, dalam arti tingkah laku yang diamati. Karena objeknya adalah tingkah laku atau behavior manusia ( to behave artinya kelakuan), maka ilmu jiwa ini disebut ilmu jiwa tingkah laku. Ajarannya atau pahamnya kemudian disebut behaviorisme. Behaviorisme artinya tingkah laku. Inilah alasannya mengapa pada aliran behaviorisme dia tidak memperhatikan sisi rohaninya.
Saya akan menggapai pertanyaan dari saudari A. Rafiah yang menanyakan apakah dalam respon tidak melibatkan sisi rohaniah, menurut saya pribadi respon tak akan ada tanpa akal, dan naluri.!!! Saya sependapat dengan pemateri yaitu saudari harsani bahwa memang aliran behaviorisme tidak memperhatikan sisi rohaninya karena menurut ki fudyartanta dalam bukunya psikologi umum hal 11 behaviorisme artinya serba tingkah laku. Kemudian Anda mempertanyakan apakah respon tidak melibatkan sisi rohani? Kalau dilihat dari pengertian respon Menurut Gulo (1996), respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Jadi menurut Dr.Hj.Nurwanita Z., M.Ag dalam bukunya psikologi pendidikan hal 77 ia menyatakan bahwa teori behaviorisme (dikemukakan ok h Watson) pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya dapat diamati. Dalam hal ini adalah tingkah laku. Maksudnya tingkat kelakuan berupa reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang yang datangnya dari luar. Dalam hal ini reaksi itu harus dapat diamati dan dapat diukur. Disini sudah jelas bahwa sisi kerohanian itu tidak diperhatikan karena rohani tidaknya seseorang itu tidak bisa diukur dan dilihat oleh panca indera. Jadi aliran behaviorisme hanya menekankan pada tingkah laku tidak melihat sisi rohaninya. Terima kasih.
Saya akan menggapi pertanyaan dari saudari astianinsi yang menanyakan ciri-ciri dan prinsip-prinsip pembelajaran teori kontruktivisme?
Menurut Hetty yusnandi dalam blognya ciri-ciri pembelajaran teori kontruktivisme yaitu Hamzah (Zakaria Effandi, 2007: 101) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran berdasarkan teori konstruktivistik adalah sebagai berikut: (1) tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar pelajar), (2) tahap eksplorasi, (3) tahap perbincangan dan penjelasan konsep, (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
Karakteristik pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas berdasarkan ketetapan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas, (2) menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan diantara ide-ide atau gagasannya, memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan, (3) guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi, (4) guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola. Kemudian Prinsip-prinsip dari pendekatan konstrutivistik menurut Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks (Dadang Supardan, 2007: 5) adalah sebagai berikut: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar, (3) murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah, (4) guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar, (5) menghadapi masalah yang relevan dengan siswa, (6) struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan, (7) mencari dan menilai pendapat siswa, (8) menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Terima kasih
Terimakasih atas jawaban yang dikemukaan oleh saudari harsani jawaban yang bangus namun sya masih ingin menanggapi seperti yang anda katakan bahwa ketiga persfektif tersebut telah digunakan yg merupakn bagian dari teori belajar behaviorisme, seperti yang kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar kan waktunya terbatas jadi apakah menurut anda sudah tepatkah jika teori behaviorisme tersebut digunakan sementara waktu dalam proses belajar mengajar itu terbatas dan materi yang diajar juga berbeda beda
Saya sependapat dengan saudari usnaeni karena menurut Nurani soyomukti (2015:33-35) dalam bukunya teori-teori pendidiikan mengatakann bahwa aliran behaviorisme sangat mengagungkan proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-response sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Aliran ini percaya paada kekuatan luar atau kekuatan lingkungan sebagai penyebab tingkah laku manusia. Aliran behaviorisme mempunyai konsep tentang pendidikan adalah sekolah sebagai lembaga harus menjadi proses berlangsungnya rekayasa perubahan tingkahh laku. Sekolah hendaknya dirancang seperti halnya dengan para insyinyur yang bekerja merancang sebuah mesin yang canggih. Sekolah sebagai lembaga berlangsungnya proses rekayasa perbuahan tingkah laku harus didasarkan pada kurikulum yang dirancang secara ilmiah dan bentuk bentuk kegiatannya harus diorganisasikan dengan penuh perhatian dan dilaksanakan dengan penuh disiplin. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori behaviorisme hanya menekankan pada tingkah laku.
Baiklah saya akan menjawab pertanyaan dari saudara @Arham Jurdah Budiman. Menurut Dr.Hj.Nurwanita Z., M.Ag. (2003 :85-88) dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa :
a.Faktor internal
Yang dimaksud kondisi internal, yaitu kondisi (situasi) yang ada didalam diri siswa itu sendiri. Misalnya kesehatan, kemampuannya, ketentramannya dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat terpenuhi. Menurut maslow, ada 7 jenjang kebutuhan primer, yakni :
1.Kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan jasmani manusia misalnyakebutuhan akan makan,minum,tidur,istirahat, dan kesehatan
2.Kebutuhan akan keamanan. Manusia membutuhkan ketentraman dan keamanan jiwa. Perasaan kecewa,dendam,takut akan gangguan (kegagalan), ketidak seimbangan dan kegoncangan emosi yang lain dapat mengganggukelancaran belajar seseorang.
3.Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta. Manusia dalam kehidupannya membutuhkan kasih sayang dari orang tua, saudara, dan teman-teman yang lain.
4.Kebutuhan akan status (misalnya keinginan akan keberhasilan).
5.Kebutuhan self-actualitation. Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, image seseorang.
6.Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi, dan untuk mengerti sesuatu.
7.Kebutuhan estetika, yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keturunan, keseimbangan, dan kelengkapan dalam suatu tindakan.
b.Faktor eksternal
Kondisi eksternal dimaksud adalah kondisi yang berada diluar diri manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya :
1.Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.
2.Ruangan cukup terang, tidak gelap yang mengganggu mata.
3.Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar. Misalnya alat pelajaran, buku-buku dan lain-lain.
Saya akan menanggapi pernyataan dari saudari Harsani yang menyatakan bahwa teori kontruktifisme mengatakan bahwa proses belajar itu akan menimbulkan sifat mandiri individu untuk menimbulkan sendiri pola fikirnya secara terarah. Pertanyaan saya atas dasar apa teori kontruktifisme mengatakan hal tersebut, kemudian apakah teori ini cocok digunakan di indonesia khususnya sulawesi selatan itu sendiri ?
Saya akan menanggapi pernyataan dari saudari jumalia purnamasari yang mengatakan bahwa aliran behaviorisme mempunyai konsep tentang pendidikan adalah sekolah sebagai lembaga harus menjadi proses berlangsungnya rekayasa perubahan tingkahh laku. Jadi pertanyaan saya bagaimana proses berlangsungnya rekayasa perubahan tingkah laku yang Anda maksudkan menurut teori behaviorisme???
Baik, saya akan sedikit menambahkan jawaban dari saudari Jumalia. Menurut Nyayu Khodijah dalam bukunya kembali menyatakan bahwa faktor-faktor dari dalam diri pembelajar meliputi fisiologisnya berupa keadaan tonus jasmani pada umumnya yang dapat berpengaruh dalam kesiapan dan aktivitas belajar, kemudian dari keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu terutama keseharan pancaindra akan memengaruhi belajar. Sedangkan untuk faktor psokologisnya dapat berupa minat, motivasi, intelegansi, memori dan emosi.
Untuk faktor sosialnya meliputi orang tua, guru, dan teman-teman. Sedangkan faktor non-sosial meliputi keadaan udara, waktu, tempat dan alat-alat atau perlengkapan belajar.
Jadi, faktor-faktor tersebut harus diperhatika oleh para pendidik dan kala mungkin harus dikondisikan sedemikian rupa guna memperoleh hasil belajar yang betulbetul maksimal.
Saya ingin bertanya mengenai pengaplikasian ketiga teori belajar tersebut. Bisakah pemateri memberikan contoh mengenai belajar dan strategi apa yang bisa diterapkan saat ketiga teori tersebut digabungkan. Karena menurut saya teori dapat sempurna atau akan lebih baik jika ketiganya diaplikasikan secara bersamaan, apalagi saat teori konstruktivis dimasukkan kedalamnya?
Untuk soal nomor 3
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru:
A. Strategi pembelajaran ekspositori
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
B. Strategi pembelajaran inquiry
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajara inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Namun kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat saya simpulkan bahwa dari strategi pembelajaran maka lahirlah metode pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran ekspositori yang umum digunakan adalah metode ceramah sedangkan pada strategi pembelajaran inquiry yang umum digunakan adalah metode diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas. Dari berbagai metode tsb sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing akan tetapi penerapan dari metode tsb haruslah menyesuaikan dengan maeri atau mata kuliah yang akan disampaikan agar peserta didik dapat mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan kepada peserta didik.
Untuk saudara Arham, menurut saya cukup efektif karena dari ketiga teori belajar tsb memiliki keterkaitan masing-masing. Dimana dalam teori behaviorisme berkaitan dengan stimulus dan respon serta teori kognitivisme dimana para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Sedangkan pada teori konstruktivisme di mana siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Dari keterkaitannya ketika informasi disampaikan (behaviorisme) kepada peserta didik maka informasi akan di proses(kognitivisme) dan mulai berfikir untuk mendapatkan pemecahannya (konstruktivisme). Dari proses itulah maka peserta didik dapat memberikan respon terhadap informasi tsb.
Untuk saudari utami, teori belajar behaviorisme memang mencakup dari ketiganya. kembali ke makna yang terkandung di dalam teori tsb di mana terdapat kata STIMULUS-RESPON. ketika guru memberikan input maka siswa dapat memberikan output. Jika kurang jelas bisa saudari membaca ulang tanggapan saya sebelumnya. terima kasih.
Jawaban dari saudari Usnaeni sudah cukup bagus. Akan tetapi, saya masih ingin bertanya mengenai ciri-ciri pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme yang anda paparkan, yaitu pada tahap persepsi (mengungkapkan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar pelajar), konsepsi awal yang seperti apakah yang anda maksud ?
Mohon penjelasannya, terima kasih....
Dari pernyataan saudari Nurhidayah untuk soal nomor 3 bahwa dari berbagai metode tersebut sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dapatkah anda menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari berbagai metode tersebut ?
Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar, untuk itu dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Yang ingin saya tanyakan bagaimna cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik agar dapat menerapkan suatu Strategi pembelajaran yang tepat??
Saya akan menanggapi pertanyaan dari saudara arham mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Prof. Dr. H. Djaali dalam bukunya Psikologi pendidikan, mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada dari luar dirinya. Adapun faktor dari dalam diri meliputi kesehatan, intelegensi, minat,motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor dari luar diri meliputi keluarga dimana situasi keluarga (ayah,ibu, saudara, adik,kakak, serta famili) sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Faktor lainnya yakni sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Jadi menurut saya, faktor dari dalam diri yakni apa yang ada atau melekat dalam diri kita seperti bakat, keinginan, dorongan dari dalam diri kesehatan jasmani dan cara kita belajar sedangkan faktor dari luar diri meliputi suasana dan lingkungan disekitar kita.
Menanggapi pertanyaan saudari asti, tentang kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan dalam strategi pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh saudari nurhidayah yaitu metode ceramah dan metode diskusi. Saya rasa metode tersebut sudah kita kenal dan sudah sering diterapkan dikelas saat proses PBM. Menurut artikel dari Slamet Priyadi tentang "Kelebihan dan Kelemahan Metode ceramah" kelebihan metode ini ialah:
1.ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.
2. Ceramah dapat terfokus hanya pada pokok materi inti.
3. Guru dapat memantau keadaan kelas.
4. Pengorganisasian kelas sederhana dan praktis.
Kelemahannya antara lain:
1. Materi yang dikuasai siswa terbatas.
2. Verbalistik dan membosankan.
3. Sukar mengetahui apakah siswa sudah paham atau belum.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Kelebihan dari metode diskusi yaitu dapat mengembangkan pola pikir peserta didik, memberikan pelatihan peserta didik untuk lebih aktif berpendapat, dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok.
Sedangkan kekurangannya, metode ini tidak efektif jika anggota kelompok banyak, terkesan formal, memungkinkan adanya peserta didik yang dominan dari yang lain.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Menanggapi pertanyaan saudara adelia setiani tentang cara yang dilakukan seorang pendidik agar menerapkan suatu trategi pembeljaran yang tepata.Melaksanakan tahapan mengajar>> mempunyai tiga pokok tahapan dalam strategi mengajar, yaitu tahap pemula (pra instruktural), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tahap tindak lanjut. Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran karena apabila salah satu ditinggalkan tidak dapat dikatakan proses pengajaran.b. Melakukan pendekatan mengajar>>-karena tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru.- Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Ricard Anderson mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan yang berorientasi kepada guru atau disebut teacher centered dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau disebut student centered.- Pendekatan pertama disebut pula tipe Otokratis dan pendekatan kedua disebut tipe Demokratis.- Pendekatan manapun yang akan dipilih guru hendaknya perludiperhatikan bahwa inti dari proses belajar mengajar ialah adanya kegiatan siswa belajar, artinya harus berpusat kepada siswa, bukan kepada guru atau pengajar.c. Perlu memperhatikan prinsip mengajar- Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisi situasi belajar mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal.
berdasarkan uraian saudari nurhidayah. bahwa dosen atau guru kebanyakan memakai metode ceramah dan metode diskusi atau tanya jawab. jadi, pertanyaan saya bagaimana sikap anda?? apakah guru ataupun dosen telah menerapkan metode itu dengan baik sesuai dengan materi yang akan disampaikan atau bagaimana??
Berdasarkan hasil perbaikan dari jawaban saudari harsani yang mengatakan bahwa teori behaviorisme mengatakan orang yang belajar itu dapat kita lihat dari perilakunya yang berubah, sedangkan teori kognitivisme mengatakan orang yang belajar itu jika pengetahuannya telah bertambah dan untuk teori konstruktivisme menilai orang belajar dilihat dari sifat kemandiriannya untuk membangun sendiri pemikirannya. maka, saya ingin bertanya apakah ketiga teori belajar tersebut saling berhubungan??
sebelum saya menanggapi, saya ingin bertanya dulu kepada saudari Utami rezki, maksud awal dari pertanyaan anda bagaimana? apakah tentang ketiga teori belajar atau tentang ketiga pendekatan pada teori belajar behaviorisme??
karena, jawaban dari saudari harsani pada no.1 tentang tiga pendekatan teori behaviorisme.
Adapun pertanyaan saya dari jawaban saudari Harsani dari ketiga pendekatan teori behaviorisme, apakah ketiga pendekatan itu saling berkaitan?? karena saya kurang mengerti dari penjelasan ketiga pendekatan itu.
Saya akan menanggapi pertanyaan saudara Arham jurdah budiman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. menurut Wasty soemanto dalam bukunya Psikologi pendidikan (113-121) menyatakan bahwa ada 3 faktor yang dapat mempenfaruhi belajar, yaitu:
1. Faktor-faktor stimuli belajar yaitu segala hal diluar individu yang meransang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. seperti panjangnya bahan pembelajaran, kesulitan bahan pembelajaran, dan berat ringannya tugas.
2.faktor metode pembelajaran yang menyangkut kegiatan berlatih atau praktek, resistasi selama belajar dan pengenalan tentang hasil-hasil belajar.
3.faktor-faktor individual yang menyangkut kematangan, usia kronologis, perbedaan jenis kelamin dan pengalaman sebelumnya.
BismillAH....
pertanyaan...stimulus apa yang kita harus terapkan dalam lingkungan yang keras yang tidak mau menerima perubahan..?
saya akan menanggapi pertanyaan dari saudari astianinsi mengenai seperti apakah konsep awal itu...begini konsep awal itu ialah pemahaman yang pernah didapatkan dalam sekolah ataupun kehidupan sehari.Konsep awal itu didapatkan ketika pesera didik berada di sekolah dasar,sekolah menengah ataupun dari pengalaman ataupun kehidupan sehari2 kita.sehinggal di pemahaman yang kita dapatkan selama kita hidup.
Menurut saya, materi yang disampaikan cukup sejalan dengan metodenya misalnya materi menganai pendidikan digunakan metode ceramah atau diskusi serta tanya jawaban sedangkan metode yang digunakan untuk mapel seperti fisika adalah dengan cara memaparkan materinya dengan penjelasan di papan tulis. Akan tetapi, tidak semua siswa memiliki kemampuan dalam berteori dengan baik karena ada sebagian siswa yang kuat dalam perhitungan tetapi tidak dalam berteori karena setiap siswa itu berbeda-beda kemampuannya.
Saya akan menanggapi pernyataan dari saudara fahri tentang pernyataan anda yang mengatakan bahwa "Konsep awal itu didapatkan ketika pesera didik berada di sekolah dasar,sekolah menengah ataupun dari pengalaman ataupun kehidupan sehari2 kita.sehinggal di pemahaman yang kita dapatkan selama kita hidup" nah,dsni saya ingin bertanya bisakah anda memberikan contoh dari pernyataan anda tersebut???
saya ingin bertanya kepada sudari harsani kapan dan situasi bagaimana,3 jenis pendekatan belajar bihaviorisme bisa digunakan??
menanggapi jawaban dari saudari harsani, teori belajar yang di kembangkan pda kurikulum k-13 yaitu konstruktivisme,mengapa teori behaviorisme dan kognitifisme kurang mendapat prioritas dalam k-13?
terima kasih atas tanggapan dari saudari nining...contoh dari konsep awal itu misalx pada saat di sekolah dasar peserta didik pernah mendapatkan konsep atau pengetahuan misalx saja mengenai mata pelajaran ipa namun secara umum setelah peserta didik itu mendapatkan pemahaman konsep dari sekolah dasar maka tertanam lah pada diri siswa itu mengenai konsep ipa sehingga ketika siswa tersebut naiklah lagi ke jenjang sekolah menengah maka konsep yang di dapatkan pada waktu di skolah dasar kemudian di kembangkan di SMP yang dimana terbagi atas mata pelajaran fisika ,kimia dan biologi yang dimna setiap mata pelajaran tersebut siswa sudah ada yang mengetahui konsep tersebut karena pernah di dapatkan di sekolah dasar yaitu mata pelajaran IPA namun secara umum..setelah dikembangkan kemudian naik lagi ke jenjang sekolah menengah atas ..konsep yang di dapatkan dari SMP lalu dikembangkan dan untuk konsep yang kita dapatkan dari kehidupan sehari misalx kita melihat air yang dipanas dengan api..setelah kita pernah melihat air mendidih jika di panaskan dengan api maka kita mendapatkan konsep atau pengetahuan baru bahwa air itu akan mendidih bila di panaskan dengan api.jadi kesimpulanx konsep awal itu adalah konsep yang didapatkan dari sekolah dasar,sekolah menengah atapun sekolah menengah atas dalam kehhidupan bermasyarakat yang dimana saling berkaitan satu sama lain
menaggapi jawab no. 3 saudari nurhidayah, apa alasan saudari menguraikan metode pembelajaran tersebut. menurut saya metode tersebut jarng di gunakan oleh guru dan dosen
Terima kasih kepada saudari nurhidayah yang telah memaparkan metode pembelajaran dengan baik tetapi tetapi yang saya ketahui bahwa dalam teori itu tidak seindah kenyataannya karena menurut saya ketika kita menerapkan metode pada peserta didik itu tidak semua metode itu cocok pada peserta didik itu sendiri karena seperti yang kita ketahui bahwa setiap individu itu berbeda beda karakteristiknya jadi pertanyaan saya yaitu apakah kita bisa mengubah atau menerapkan 2 atau lebih metode dalam satu kali pembelajaran?
Dari pertanyaan saudara muslimin yang mengatakan bahwa stimulus apa yang cocok digunakan dalam lingkungan keras dan tidak mau menerima perubahan dari sumber yg saya baca pada blog mukharomah yang dapat saya simpulkan yaitu pada teori behaviorisme, pembelajaran dengan memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubungan stimulus dan respon ini bila diulang akan menjadi sebuah kebiasaan dan ketika siswa menemukan kesulitan atau masalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi atau trial and error sehingga diperoleh hasil. Karena memiliki asumsi bahwa manusia dipandang sebagai organisme yang pasif. Perilaku manusia dikuasai oleh stimulus yang ada dilingkungannya.singkatnya proses belajar behavioristik mengutamakan tentang bagaimana memberikan stimulus yang tepat dan pembentukan kebiasaan melalui proses latihan dan pengulangan untuk menghasilkan respon yang baik dan jika kita mendapatkan individu yang saudara muslimin katakan yang tidak mau menerima perubahan teori behaviorisme cocok karena teori ini diulang secara terus menerus agar mencapai tujuan dan akan menjadi sebuah kebiasaan.
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudara Muslimin.
Dalam blognya, Jofipasi mengatakan bahwa, menurut Edwin Guthrie, stimulus tidak berbentuk kebutuhan biologis, yang terpenting dalam teori Guthrie adalah, bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung bersifat sementara. Karena itu diperlukan pemberian stimu-lus yang sering agar hubungan ini menjadi lebih langsung. Selain itu, suatu respon berhubungan dengan bermacam stimulus.
Contohnya kenapa kebiasaan merokok, sulit ditinggalkan. Seringkali terjadi, perbuatan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu macam stimulus (kenikmatan menorok), tetapi juga dengan stimulus lainnya (seperti minum kopi, teh, dan lain – lain, berkumpul dengan teman-teman, ingin nampak gagah dan lain–lain). Maka setiap kali salah satu atau lebih stimulus itu muncul maka segera pula keinginan merokok itu muncul.
Guthrie percaya bahwa “hukuman” memegang peranan penting dalam proses balajar. Menurut Guthrie suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, untuk tujuan yang tepat, akan mampu merubah kebiasaan seseorang dimasa yang akan datang.
Bismillah...
Saudari harsani aku mau nanya..ke 3 teori bihaviorisme tersebut menjelaskan tentang bagaiama respon tiap individu pada umumnya...yang menjadi pertanyaan saya..tolong saudari jelaskan penerapan dan strategi apa yang harus kita berikan stimulus pada peserta didik yang besar dilingkungan yang keras dalam pergaulan agar kita bisa menciptakan respon yang sesuai dengan pengharapan kita..? dan berikan alasan yang tepat dan argument yang kuat mengenai 3 percobaan teori bihaviorisme diatas apakah layak untuk disandingkan dengan manusia yang multi karakter dan multi emosi..? mohon penjelasannya.....
Bukan pak...
jawaban yg sangat bagus dari andi sri wahyuni, yg ingin sy tanggapi yaitu hukuman spt apa yang tepat dalam peranan penting proses belajar??
saya ingin bertanya ke kelompok 2 mengenai teori behaviorisme. yang ingin saya tanyakan diteori ini..apa yang lebih ditekankan pada teori ini.apakan proses belajarnya, atau hasil belajarnya? mohon dijelaskan!
Menanggapi sanggahan dari saudari Meytha mengenai metode apakah bisa menerapkan 2 atau lebih metode dalam satu kali pembelajaran.. sebagaimana kita ketahui bahwa metode mengajar banyak. diantaranya metode ceramah, diskusi dan demonstrasi.. dimana, kita dapat menerapkan ketiga metode itu. misalnya pada materi dalam fisika contohnya hukum archimedes kita dapat menggunakan metode ceramah pada awalnya, kemudian kita mngunakan metode demonstrasi dengan praktek langsung selanjutnya kita menyuruh peserta didik untuk berdiskusi. sehingga, ketiga metode itu dpat trlaksana dalam satu pembelajaran.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda